KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kehadiran
Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan pertolonganNya, saya dapat menyelesaikan
karya ilmiah yang berjudul “KENAKALAN REMAJA”. Saya sadari masih banyak sekali
kekurangan yang terdapat dalam karya ilmiah ini, semoga hal ini tidak
menghalangi saya untuk terus berkarya. Saya berharap di masa yang akan datang,
saya dapat membuat karya ilmiah yang lebih baik lagi.
Di dalam penyusunan karya ilmiah ini,
saya banyak mendapat bimbingan dari bapak dan ibu guru. Tak lupa juga saya
ucapkan terima kasih kepada teman-teman yang telah mendukung. Semoga dengan
dukungannya dapat menambah kemampuan saya di masa yang akan datang.
Saya berharap karya ilmiah ini dapat
mendatangkan inspirasi bagi saya di masa yang akan datang dan juga memberi
manfaat bagi pembaca agar lebih meningkatkan kesadaran untuk membaca.
Tumbuh kembang remaja pada zaman
sekarang sudah tidak bisa lagi dibanggakan.Perilaku kenakalan remaja saat ini
sulit diatasi. Baru-baru ini sering kita dengar berita ditelevisi maupun di
radio yang disebabkan oleh kenakalan remaja diantaranya
tawuran, pemerkosaan yang dilakukan oleh pelajar SMA, pemakain narkoba dan
lain-lain.Kehidupan remaja pada masa kini mulai memprihatinkan. Remaja yang
seharusnya menjadi kader-kader penerus bangsa kini tidak bisa lagi menjadi
jaminan untuk kemajuan Bangsa dan Negara. Bahkan perilaku mereka cenderung
merosot. Oleh karena itu, kami sebagai remaja yang berpendidikan sadar bahwa
kenakan remaja harus segera dihilangkan, kami mengangkat permasalahan ini
sebagai bahan karya tulis.
Adapun rumusan masalahnya adalah
:
1. Memahami pengertian
kenakalan remaja
2. Mengetahui penyebab
kenakalan remaja dan gejala-gejala yang dapat memperlihatkan hal-hal yang
mengarah pada kenakalan remaja serta untuk memahami hal-hal yang perlu
diperhatikan untuk menanggulangi kenakalan remaja.
Ruang Lingkup
Dari hasil pengamatan terhadap
lingkungan sekitar mulai dari siswa-siswa yang ada disekolah dan siswa-siswa
yang tinggal di sekitar lingkungan rumah.
Sumber Data
§ Tinjauan pustaka
tentang kenakalan remaja melalui web internet.
§ Pengamatan langsung
terhadap perilaku kenakalan remaja.
Dalam menulis Karya Tulis Ilmiah ini
penulis menggunakan metode pengamatan di lingkungan sekitar dan kajian pustaka
untuk mendapatkan data informasi.
Para ahli sependapat bahwa
Remaja adalah mereka yang berusia sekitar 13-18 tahun. Remaja adalah masa
peralihan dari anak-anak ke dewasa. Pada usia sekitar 13-18 ini remaja sudah
tidak dapat dikatakan sebagai kanak-kanak, namun masih belum cukup matang untuk
dapat dikatakan dewasa. Mereka sedang mencari pola hidup yang paling sesuai
baginya dan inipun sering dilakukan melalui metode coba-coba walaupun melalui
banyak kesalahan. Kesalahan yang dilakukan sering menimbulkan kekhawatiran
serta perasaan yang tidak menyenangkan bagi lingkungan dan orang tuanya.
Kesalahan yang dibuat para remaja hanya akan menyenangkan teman sebayanya. Hal
ini terjadi karena mereka memang masih dalam masa mencari identitas. Masa
remaja merupakan masa perkembangan individu yang sangat penting.
Harold
Alberty (1957) mengemukakan bahwa masa remaja merupakan suatu periode dalam perkembangan
yang dijalani seseorang yang terbentang sejak berakhirnya masa kanak-kanak
sampai dengan awal masa dewasa. Conger berpendapat
bahwa masa remaja merupakan masa yang kritis yang mungkin dapat merupakan the best of time and the worst of time.
Sebagai makhluk sosial,
manusia tak lepas dari orang lain. Begitu pula dengan remaja. Ia memerlukan
interaksi dengan orang lain untuk mencapai kedewasaannya. Yang perlu dicermati
adalah bagaimana seorang remaja itu bergaul, dengan siapa, dan apa saja dampak
pergaulannya bagi dirinya, orang lain, dan lingkungannya.
Pergaulan berasal dari kata “GAUL”.Pergaulan itu sendiri maksudnya kehidupan
sehari-hari dalam persahabatan ataupun masyarakat. Namun tidak demikian
dikalangan kebanyakan remaja saat ini. “Gaul” menurut dimensi remaja-remaja
adalah ikut dalam trend, mode, dan hal-hal yang berhubungan dengan glamoran
hidup. Harus masuk ke dalam geng-geng, sering bergabung, dan konkow-konkow
diberbagai tempat seperti mall, tempat wisata, game center, dan
lain-lain. yang mana pada akhirnya, gaul dimensi remaja akan menimbulkan budaya
konsumtif.
Solidaritas dan kesetiakawanan sering dijadikan landasan untuk terjun
kedunia hura-hura. Dengan “setia kawan” itu pula kebanyakan remaja mulai
merokok, minum-minuman keras, mengonsumsi narkoba, dan bahkan seks bebas. Kalau
tidak ikut kegiatan-kegiatan geng ataupun teman nongkrong bisa dianggap tidak setia
kawan, paradigma seperti inilah yang menggerayangi pikiran sebagian remaja masa
kini. Sebenarnya dengan tindakan itu mereka telah merusak kemurnian makna dari
solidaritas dan kesetiakawanan itu sendiri.
1. Secara intelektual remaja mulai dapat berfikir logis tentang gagasan
abstrak.
2. Berfungsinya kegiatan kognitif tingkat tinggi yaitu membuat rencana,
strategi, membuat keputusan-keputusan, serta memecahkan masalah.
3. Sudah mampu menggunakan abstraksi-abstraksi, membedakan yang konkrit dengan
yang abstrak.
4. Munculnya kemampuan nalar secara ilmiah, belajar menguji hipotesis.
5. Memikirkan masa depan, perencanaan, dll.
6. Mengalami kecanggungan dalam pergaulan dan kekakuan dalam gerakan.
7. Ketidakstabilan emosi.
8. Adanya sikap menentang dan menantang orang tua.
9. Pertentangan di dalam dirinya sering menjadi pangkal penyebab
permasalahannya.
Ada beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya pergaulan remaja
sebagai berikut :
1. Faktor orang tua
Para orang tua perlu menyadari bahwa zaman telah berubah. Sistem
komunikasi, pengaruh media massa, kebebasan bergaul dan modernisasi di berbagai
bidang. Rumah tangga yang dipenuhi kekerasan ntah antar orang tua atau pada
anaknya jelas berdampak pada anak. Ketika anak tumbuh remaja, ia akan belajar
bahwa kekerasaan adalah bagian dari dirinya, sehingga adalah hal yang wajar
jika ia melakukan kekerasan pula. Sebaliknya, orang tua yang terlalu melindungi
anaknya ketika remaja akan tumbuh sebagai individu yang tidak mandiri dan dan
tidak berani mengembangkan indentitasnya yang unik. begitu bergabung dengan
teman-temannya. Ia akan menyerahkan dirinya secara total terhadap kelompoknya
sebagai bagian dari identitas yang dibangunnya.
2. Sekolah
Sekolah pertama-tama bukan dipandang sebagai lembaga yang harus mendidik
siswanya menjadi sesuatu. Tetapi sekolah terlebih dahulu harus dinilai dari
kualitas pengajarannya. Karena itu lingkungan sekolah yang tidak merangsang
siswanya untuk belajar misalnya, suasana kelas yang monoton, peraturan yang
tidak relevan, dengan pengajaran, tidak adanya fasilitas praktikum, dll. Akan
menyebabkan siswa lebih senang melakukan kegiatan diluar sekolah bersama
teman-temannya. Baru setelah itu masalah pendidikan, dimana guru jelas
memainkan peranan paling penting. Sayangnya guru lebih berperan sebagai
penghukum dan pelaksana aturan, serta sebagai tokoh otoriter yang sebenarnya
juga menggunakan cara kekerasan dalam mendidik siswanya meskipun caranya
berbeda.
3. Faktor lingkungan
Lingkungan di antara rumah dan sekolah yang sehari-hari remaja alami,
juga membawa dampak terhadap munculnya perkelahian. Misalnya lingkungan rumah
yang sempit dan kumuh, dan anggota lingkungan yang berperilaku buruk (misalnya
narkoba). Begitu pula sarana transportasi umum yang sering menomor-sekiankan
pelajar. Juga lingkungan kota (bisa negara) yang penuh kekerasan. Semuanya itu
dapat merangsang remaja untuk belajar sesuatu dari lingkungannya, dan kemudian
reaksi emosional yang berkembang mendukung untuk munculnya perilaku berkelahi.
Saat ini, kita banyak dibanjiri oleh berbagai informasi yang bisa dengan
mudahnya didapat. Baik melalui media cetak, media elektronik ataupun yang
terbaru melalui dunia maya atau internet. Informasi-informasi tersebut dapat
berupa hal yang positif maupun negatif. Salah satu informasi negatif yang
banyak menjadi perhatian adalah informasi mengenai konten-konten dewasa, yang
dapat diakses oleh semua orang dengan mudah terutama melalui internet.
Dikhawatirkan dengan banyaknya arus informasi tanpa batasan tersebut dapat
merubah persepsi remaja mengenai seks dan seksualitas. Keluarga dan sekolah
merupakan tempat yang tepat bagi remaja untuk mendapatkan informasi yang benar
mengenai pendidikan seks, karena biasanya remaja mengambil contoh dari prilaku
orang tua dan orang dewasa lain di sekitarnya.
Memang sampai saat ini banyak orang yang masih merasa tabu untuk
membicarakan masalah seks tersebut dengan sesama orang dewasa apalagi dengan
anak-anak. Tetapi yang harus disadari adalah, biasanya remaja akan mencari
panutan dari orang tua, jadi apabila orang tua hanya diam saja tanpa memberikan
informasi yang tepat mengenai seksualitas, maka remaja dapat memperoleh
informasi yang salah dan menjerumuskan mereka dalam bahaya.
1. Kenakalan dalam keluarga
Remaja yang labil umumnya rawan sekali melakukan hal-hal yang negatif,
di sinilah peran orang tua. Orang
tua harus mengontrol dan mengawasi putra-putri mereka dengan melarang hal-hal
tertentu. Namun, bagi sebagian anak remaja, larangan-larangan tersebut malah
dianggap hal yang buruk dan mengekang mereka. Akibatnya, mereka akan
memberontak dengan banyak cara. Tidak menghormati, berbicara kasar pada orang
tua, atau mengabaikan perkataan orang tua adalah contoh kenakalan remaja dalam
keluarga.
2. Kenakalan
dalam pergaulan
Dampak kenakalan remaja yang paling nampak adalah dalam
hal pergaulan. Sampai saat ini, masih banyak para remaja yang terjebak
dalam pergaulan yang tidak baik. Mulai dari pemakaian obat-obatan terlarang
sampai seks bebas. Menyeret remaja pada sebuah pergaulan buruk memang relatif
mudah, dimana remaja sangat mudah dipengaruhi oleh hal-hal negatif yang menawarkan
kenyamanan semu. Akibat pergaulan bebas inilah remaja, bahkan keluarganya,
harus menanggung beban yang cukup berat.
3. Kenakalan
dalam pendidikan
Kenakalan dalam bidang
pendidikan memang sudah umum terjadi, namun tidak semua remaja yang nakal
dalam hal pendidikan akan menjadi sosok yang berkepribadian buruk, karena
mereka masih cukup mudah untuk diarahkan pada hal yang benar. Kenakalan dalam
hal pendidikan misalnya, membolos sekolah, tidak mau mendengarkan guru, tidur
dalam kelas, dll.
1. Pentingnya kasih sayang dan perhatian yang cukup dari orang tua dalam hal
dan keadaan apapun.
2. Pengawasan dari orang tua yang tidak mengekang. Pengekangan terhadap
seorang anak akan berpengaruh terhadap kondisi psikologisnya. Di hadapan orang
tuannya dia akan bersikap baik dan patuh, tetapi setelah dia keluar dari
lingkungan keluarga, dia akan menggunakannya sebagai pelampiasan dari pengekangan
itu, sehingga dia dapat melakukan sesuatu yang tidak diajarkan orangtuanya.
3. Seorang anak hendaknya bergaul dengan teman yang sebaya, yang hanya beda 2
atau 3 tahun baik lebih tua darinya. Hal tersebut dikarenakan apabila seorang
anak bergaul dengan teman yang tidak sebaya yang hidupnya berbeda, sehingga dia
pun bisa terpengaruh gaya hidupnya yang mungkin belum saatnya untuk dia jalani.
4. Pengawasan yang lebih terhadap media komunikasi, seperti internet,
handphone, dan lain-lain.
5. Perlunya bimbingan kepribadian bagi seorang anak agar dia mampu memilih dan
membedakan mana yang baik untuk dia maupun yang tidak baik.
Masa remaja adalah masa yang sulit dan kritis, karena itu perlunya
pemahaman akan arti remaja dan semakin berkembang menjadi dewasa itu seperti
apa, sehingga para remaja tidak langsung stres dan kemudian mengira
perkembangan itu membuat mereka takut. Maka keluarga lah yang seharusnya
memberikan pemahaman pada anak remajanya, supaya tidak bertambah lagi remaja
bergaul sembarangan yang ada di Indonesia. Selain orangtua, ternyata lingkungan
dapat berpengaruh pada kepribadian remaja. Jadi, para remaja pun dituntut untuk
lebih peka terhadap setiap pengaruh yang ada. Remaja harus bisa memilih mana
yang baik dari setiap perilaku yang akan mereka lakukan, agar tidak merugikan
dirinya dan orang lain.
1. Perlu adanya
tindakan-tindakan dari pemerintah untuk mengawasi tindakan remaja di
Indonesia agar tidak terjerumus pada kenakalan remaja.
2. Perlunya penanaman
nilai moral, pendidikan dan nilai religius pada diri seorang remaja.
0 komentar:
Posting Komentar